Sabtu, 06 Desember 2014

SEBERAPA TUAKAH BUMI KITA?



Perjalanan Menuju Ajal
Berapakah usia bumi? Semakin tua usia artinya semakin mendekati ajal yang telah ditentukan Allah SWT. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, bebas disebutkan bahwa berdasarkan perhitungan sains diketahui bahwa Bumi berusia sekitar 4.54 miliar tahun (4.54 × 109 years ± 1%). Usia ini ditentukan melalui penanggalan radiometrik meteorit dan sesuai dengan usia bebatuan tertua yang pernah ditemukan dan sampel dari bulan. 

Berdasarkan artikel dalam esqnews.com yang dirilis 13 Juli 2010 dijelaskan usia bumi sebagai berikut.

Sejumlah peneliti geologi telah menemukan cara baru dalam menentukan usia bumi yang jauh lebih akurat. Dengan cara baru ini diperkirakan usia bumi sekarang 70 juta tahun lebih muda dari perkiraan sebelumnya, yang menyebutkan usia bumi 4,5 miliar tahun lebih.

Tim peneliti yang melakukan kajian ini mengatakan, untuk menentukan usia bumi mereka membandingkan sejumlah elemen yang terdapat dalam lapisan bumi dengan meteorit yang diperkirakan usianya sama dengan sistem tata surya, seperti dimuat dalam jurnal Nature Geosciences.

Proses pembentukan planet yang panjang kemudian menjadikan bumi seperti sekarang dengan ukuran dan bentuk geologisnya saat ini.

Waktu pembentukan
Untuk mengkaji bagaimana proses pembentukan ini para peneliti melihat pada dua “isotop”- elemen kimia di dalam lapisan bumi yang disebut 182-hafnium dan 182-tungsten. Setelah melalui serangkaian periode yang berlangsung beberapa juta tahun, hafnium kemudian mengalami perubahan menjadi tungsten.

Proses ini kemudian meninggalkan tanda pada lapisan bumi dan kemudian dijadikan cara untuk mengetahui berapa usia bumi. “Kita memperkirakan hal itu yang membuat kisaran usia bumi saat ini adalah 4,467 miliar tahun yang berarti lebih muda jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menyebutkan usia bumi adalah 4,537 miliar tahun,” jelasnya.

Menurut saya, penghitungan berdasarkan isotop elemen kimia yang benar adalah sangat tepat. Allah SWT menciptakan tanda-tanda kekuasaan-Nya untuk dipelajari dan dibuktikan, termasuk adanya waktu paruh yang menurut saya salah satu bentuk firman Allah SWT di alam ini. Waktu paruh adalah kadar yang ditetapkan Allah SWT. Manusia hanya perlu menemukan elemen yang tapat untuk diukur isotopnya agar tanda-tanda kekuasaan Allah SWT terbukti kebenarannya.

Di sini saya akan menggunakan ayat-ayat Al Quran dengan dua pendekatan untuk menghitung umur bumi. Pendekatan pertama adalah pendekatan perhitungan berdasarkan keterangan tentang waktu, kecepatan, dan perhitungan tahun dalam Al Quran. Pendekatan kedua adalah berdasarkan ayat-ayat tentang kronologis penciptaan langit dan bumi.

Perhitungan Menurut Keterangan Al Quran
Pendekatan Pertama: Perhitungan Tahun, Waktu, dan Kecepatan
Seperti halnya mengukur usia alam semesta dalam artikel saya yang lain, menghitung usia bumi juga menggunakan pendekatan rumus yang sama. Alasannya adalah karena bumi juga bagian dari benda-benda semesta.

Usia Bumi = faktor perhitungan tahun x faktor waktu di Bumi x faktor kecepatan semesta x faktor relativitas hari

Faktor Perhitungan Tahun: QS.10-Yunus ayat 5

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa untuk menentukan bilangan tahun dan perhitungan waktu digunakan perhitungan posisi bulan (kalender bulan). Satu periode edar bulan adalah 29,5306 hari (sinodik). Periode edar bulan adalah konstan dan kontinue dalam waktu yang singkat, ini menyimbolkan gerak pengembangan semesta yang terjadi secara kontinyu. Semakin kecil satuan penghitungan waktu akan semakin baik. Dalam Al Quran satuan waktu yang jelas disebutkan adalah “tahun” dengan perhitungan peredaran bulan (manzilah).

Faktor Kecepatan Semesta: QS. Ma’arij ayat 4

“Para malaikat dan Jibril naik, (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”

Ayat ini menjelaskan:
  1. 1.bahwa relativitas waktu terjadi karena adanya unsur jarak yang luar biasa jauhnya dan kecepatan yang luar biasa
  2. 2.ada kecepatan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya, yaitu kecepatan partikel malaikat dan ruh (akan dijelaskan dalam tulisan saya yang lain)
  3. 3.besaran kecepatan yang disebutkan dalam ayat ini adalah:
  • V x T = L dimana V adalah kecepatan, T adalah waktu, dan L adalah jarak
  • V x 1 hari = 50.000 tahun
  • Jadi V = 50.000 tahun per hari
Penciptaan Bumi adalah bagian dari pencptaan alam semesta (Big Bang). Faktor kecepatan semesta juga digunakan dalam mengukur usia bumi. Saat Al Quran diturunkan kecepatan pada masa itu diukur tidak dalam bentuk satuan seperti saat ini. Dulu kecepatan dan jarak dinyatakan dengan waktu (hari). Misalnya ada yang bertanya berapa jarak Athena dan Roma? Orang akan menjawab, “oh, jaraknya kira-kira 4 hari perjalanan dengan kuda, atau 15 hari berjalan kaki”.

Faktor Relativitas Hari: QS. Al Hajj ayat 47

“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar adzab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. dan sesungguhnya di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Ayat ini menjelaskan relativitas waktu Allah terhadap waktu dunia fana. Selain itu ayat ini juga menjelaskan satuan waktu hidup semesta terhadap masa penciptaannya. Simbol 1 hari = 1.000 tahun adalah konstanta relativitas waktu semesta.

Faktor Waktu di Bumi: QS.18-Al Kahfi ayat 25 dan QS.2-Al Baqarah ayat 259

Surat Al Kahfi ayat 9:
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”.

Ayat ini adalah simbol percepatan hari edar bulan dalam kalender hijriyah setiap tahunnya dan perlambatan kalender matahari (masa edar bumi). Karena yang diperbandingkan adalah masa edar benda-benda semesta (bulan dan bumi/matahari) maka dari angka-angka ini diperoleh percepatan dan perlambatan (faktor waktu) untuk semesta. (salah satu asumsi saya adalah bumi, bulan, dan matahari adalah representatif alam semesta untuk manusia agar dapat dipelajari). Periode 309 tahun adalah perhitungan kalender bulan (hijriyah), dan inilah yang akan saya gunakan, mengapa? Kembali lihat surat Yunus ayat 5.

Karena ingin menghitung usia bumi, maka faktor waktu yang digunakan bukan faktor waktu semesta (tidak dibandingkan dengan kalender matahari), tapi faktor waktu bumi. Agar diperoleh faktor waktu di bumi, maka perhitungan tahun dalam ayat tersebut harus dibandingkan dengan waktu yang berjalan di bumi, yang berhubungan dengan periode tahun dan relativitas waktu dibumi. Hal ini dapat ditemukan dalam surat Al Baqarah ayat 259.

Surat Al Baqarah ayat 259
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”"

Tahun yang disebutkan Allah SWT dalam Al Baqarah ayat 259 sudah pasti tahun hijriyah (kembali lihat surat Yunus ayat 5). Berdasarkan dua ayat tersebut, maka faktor waktu di bumi diperoleh 3,09 (diperoleh dari 309/100). Tidak dikalikan bilangan apapun sebab keduanya, angka 309 tahun dan 100 tahun, adalah perbandingan waktu yang berjalan di bumi dalam perhitungan kalender hijriyah, bukan perbandingan waktu semesta.

Maka usia Bumi dapat dihitung sebagai berikut.
Usia Bumi = 29,5306 hari x 50.000 tahun per hari x 1.000 x 3,09 = 4.562.477.700 atau 4,562 milyar tahun.

Bandingkan angka ini dengan angka-angka hasil pembuktian ilmiah. Wikipedia menyebutkan angka 4,54 milyar tahun (selisih kurang lebih 20 juta tahun). Artikel dalamesqnews.com menyebutkan angka 4,467 milyar tahun (selisih kira-kira 95 juta tahun). Selisih (penyimpangan) ini tidak mencapai 5% usia bumi dan dianggap signifikan dalam perhitungan usia kosmos.

Pendekatan Kedua: Kronologis Penciptaan Langit dan Bumi
Al Quran menjelaskan dalam ayat-ayatnya kronologis penciptaan bumi sebagai berikut.

QS.41-Fushilat ayat 9
“Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam””.

QS.32-Sajdah ayat 4
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas `Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

QS.10-Yunus ayat 3
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

Perhatikan ayat-ayat tersebut. 
  • Pada QS 10:3 disebutkan, “…menciptakan langit dan bumi dalam enam masa …”, 
  • Dalam QS 32:4  disebutkan, “…menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa…” 
  • Dan dalam QS 41:9 disebutkan, “….menciptakan bumi dalam dua masa…”. 
Berdasarkan keterangan Al Quran tersebut dapat diketahui bahwa penciptan bumi merupakan bagian dari penciptan langit (semesta).

Dari sini dapat kita buat perbandingan.
Masa penciptaan bumi: masa penciptaan langit (dan bumi) = 2 : 6 
artinya umur bumi sepertiga umur langit. Dalam artikel saya tentang usia alam semesta, saya membedakan semesta dalam dan semesta tepi. 

Karena bumi berada di semesta dalam, maka usianya adalah:
Usia bumi = 1/3 x 13.687.443.100 tahun = 4.562.477.700 atau 4,562 milyar tahun

Bandingkan dengan angka hasil pendekatan pertama, dan bandingkan dengan angka hasil pembuktian sains. Hasil penemuan sain dapat juga digunakan untuk menentukan usia alam semesta dalam. Umur Bumi versi sains (geologi) = 4,56 milyar tahun, jika dikalikan 3 akan diperoleh angka usia langit.

Perhatikan Diagram Enam Masa tersebut. Disitu terlihat bahwa ketika langit sudah berusia tiga masa bumi baru berusia satu masa. Diagram tersebut juga menunjukkan bahwa Allah SWT senantiasa dalam kesibukan.

QS.55-Ar Rahman ayat 29
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan”

QS.10-Yunus ayat 3
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan….”.

QS.2-Al Baqarah ayat 255
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur…..”

Dalam enam masa penciptaan langit bukan berarti Allah SWT menciptakan langit kemudian berhenti untuk menciptakan bumi. Semuanya dilakukan bersamaan. Ketika Allah SWT menciptakan bumi penciptaan langit tetap terus berlangsung Maha Kuasa Allah, semua itu mudah bagi-Nya. Semua berjalan secara kontinu dan simultan agar tercipta keharmonisan. Ilmu fisika telah membuktikan bahwa keharmonisan alam semesta ini adalah dalam bentuk jaring-jaring gravitasi antar benda-benda langit. Jadi tidak mungkin Allah SWT mengurus semesta bergantian, semua dilakukan bersamaan agar harmonis.

Subhanallah! 
Dengan pembuktian perhitungan dan pemahaman logis seperti ini, apakah masih bisa manusia mengatakan bahwa Al Quran bukan mukjizat dari Tuhan langit dan bumi? Bukti apa lagi yang ingin dicari? Sesungguhnya hanya Allah SWT yang bisa memberikan hidayah.
Wallahu alam bisshowab. 
Semoga bermanfaat!